Pelantikan Pengurus HMB, Tonton “The Act of Killing” - Manuskrip University
Headlines News :

Misteri

National
Home » » Pelantikan Pengurus HMB, Tonton “The Act of Killing”

Pelantikan Pengurus HMB, Tonton “The Act of Killing”

Written By Unknown on Rabu, 06 Februari 2013 | 05.27



Pada acara pelantikan kepengurusan baru Himpunan Mahasiswa Banten (HMB) Jakarta mengadakan pemutaran film “The Act of Killing” di Aula Serbaguna HMB Jakarta, Sabtu (5/1). Film ini merupakan kumpulan fakta-fakta yang diaktori para pembunuh Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh Pemuda Pancasila (PP) tahun 1965. Namun, masih kontroversi hingga saat ini.

Sebagai film yang sulit untuk ditonton, acara ini dihadiri oleh Kresna Astra Atmaja selaku pembimbing pemutaran film. Menurutnya film ini tidak bisa ditonton secara pribadi tetapi harus berbarengan. Sebab, efek setelah menonton bermacam-macam. Maka dari itu Kresna hadir untuk menjelaskan setelah menonton agar faham.

Acara ini dihadiri oleh Anggota HMB serta berbagai organisasi aktifis mahasiswa. Seperti Gerakan Mahasiswa Indonesia (GMI), Linkar Studi dan Aksi Demokrasi (LS-ADI), sebagian Unit Kegiatan Mahasiswa UIN Jakarta serta beberapa komunitas pecinta film.

Usai pemutaran film, penonton tidak pulang begitu saja, tapi dilanjutkan dengan diskusi terbuka. Diskusi dipandu oleh Kresna yang juga pernah diminta membantu proses pembuatan “The Act of Killing”. Kresna menjelaskan, film ini merupakan tesis yang dibuat Joshua warga Amerika untuk menempuh jenjang doktoral. Menurutnya, Joshua tidak bertujuan untuk membuat film sejarah melainkan ingin membongkar apa yang ada pada ide “jagal”.

Kresna menambahkan, Joshua tidak kesulitan saat membuat film versi “jagal” dibanding membuat versi korban. Sebab,  saat Anwar diminta untuk memainkan peran di film ini, Anwar tidak merasa keberatan. Menurutnya, Anwar merasa berada di pihak yang benar saat joshua menjadikannya aktor di film “The Act of Killing”.

“Ini bukan film sejarah. Entah itu terjadi atau tidak, ini peristiwa ’65 yang tetap menjadi potret Indonesia 2012,  ini jelas semua adegan realis dan semua adegan-adegan itu merupakan idenya Anwar bersama kawannya,” ungkap Kresna.

Meski Kresna menjelaskan dengan detail, salah satu penonton anggota Movie Lovers, Tri Sutresno, mengungkapkan dirinya tidak menelan mentah-mentah isi dari film ini. Sebab di dalam film ini ada hidden mistery yang ingin disampaikan, terlepas apa kepentingannya atau mau diarahkan kemana opini ini.

“Film ini tidak layak jika disebarluaskan. Sebab, film ini akan menjadi edukasi bagi siapapun, entah itu positif atau sebaliknya. Ini seolah ada penggiringan opini. Anwar pun tidak menyangka bahwa filmnya akan seperti ini,” tandas Tresno.

Hal senada diungkapkan oleh ketua HMB, Usep Mujani mengungkapkan, film ini merupakan antitesa dari maenstrim pemerintah. Menurutnya, dulu PKI yang lebih kejam. Namun, setelah menonton film ini dirinya merasa diarahkan pada satu opini bahwa pemberantasan PKI lah yang justru lebih kejam.

“Penerimaan makna oleh saya pada waktu melihat film ini seolah-olah PP dan PKI ini hanya simulasi saja.  Jadi kejadian ‘65 itu bukan kejadian asli. Film ini justru membawa pada wajah simulakrum di mana tidak ada realitas yang asli tapi semuanya hiper-realitas,” ucap Usep.

Usep menambahkan, dirinya merasa tertarik setelah melihat film ini. Sebab, film ini tidak memberikan kesimpulan apapun. Akibatnya film ini mengajak berfikir semua penonton. (AYUB)
Share this article :

2 komentar:

  1. Heran saya, musti ada aja yang komentar bahwa ada niat atau maksud atau kepentingan terselubung di balik film ini. Coba ditanya, sama yang berpendapat begitu, kepentingan apa, pasti nggak bisa jawab. Karena cuma dugaan saja, dan pada akhirnya jadi fitnah. Yang punya kepentingan tak jelas, justru yang berpendapat begitu, sebenarnya. Terlalu jelas.

    Mana lebih kejam PKI atau yang membantai PKI? Coba dihitung, korban kekejaman PKI berapa, Mas/mBak? Ada sampai 500.000 nggak mati ngambang di sungai-sungai dan di kuburan massal di seluruh Indonesia? Ada jutaan yang dipenjara dirampok diperkosa dianiaya dan didiskriminasi berpuluh tahun nggak?

    Analisis ahistoris begini ini sebetulnya, harus diakui, adalah keberhasilan cuci otak Orde Baru dan buku teks sejarahnya Brigjen (tit.) Nugroho Notosusanto.

    Entah, harus dengan cara apa lagi kaum cerdik cendekia di Indonesia harus dibukakan matanya dan hatinya. Kenapa? Karena kaum cerdik cendekia ikut andil dalam dosa berlumuran darah membangun rezim Orde Baru bersama Soeharto di atas tumpukan ratusan ribu mayat orang tak bersalah.

    Sibuk semua orang sekarang, yang ikut bertanggung jawab atau ikut menikmati hasil pembantaian itu, cuci tangan, bikin isu, bikin pengalihan dan lain-lain, termasuk dengan mengangkat isu 'kepentingan terselubung' yang tak jelas apa itu.

    Karena tak ada yang terselubung, semua ada di layar. Itu ditonton filmnya. Nggak usah ngorek-ngorek dari tempat yang nggak jelas. Kalo emang takut pada sesuatu yang nggak jelas itu, jangan-jangan karena memang ada sebuah rasa bersalah di dalam jiwa yang berontak.

    Sama seperti Anwar Congo.

    BalasHapus
  2. Hidden mystery?

    Lu kira ini film Alfred Hitchcock?

    BalasHapus

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Manuskrip University - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger