Manuskrip University: Catatan Kritis
Headlines News :

Misteri

National
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
Diberdayakan oleh Blogger.

Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Catatan Kritis. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan Kritis. Tampilkan semua postingan

Sabar kunci sukses

Written By Unknown on Rabu, 06 Februari 2013 | 07.08



Yo.. Ini sepotong kisah, tentang perjalanan/seorang insan, menapaki jejak kehidupan/Dia lahir ke dunia , dari keluarga/Tidak miskin, kurang kaya, yo tapi sederhana/Ayah berdagang, ibu mengasuh dia di ruma/Sejak kecil belajar susah, hanya bersikap pasrah/Sempat sesaat, mengenal A. S. I. dari ibu./Syukuri rahmat, dapat singkat nikmat ilmu.

Dia takkan gentar, meski guntur menggelegar/Aral melintang, tak mampu untuk buat pudar/Hanya syukuri anugerah, akan nasib dan takdir/Dia takkan menyerah, terus berjuang hingga akhir.

Tapakilah jejak diri, wujudkanlah mimpi, dan yakinlah kan kau raih. Yeiyeah../Lakukanlah dari hati, beri yang terbaik, pasti kan kau raih/Dan kini, dia injak usia labil/Dia tinggalkan satu masa kala ia kecil. Skill! get real, he can make it.. berhasil/Sekian dari banyak mimpi dalam hati kecil.

Kecil sebenarnya.. berarti besar/Ia terlempar dalam panggung hidup yang kasar/Sabar ya kawan, ini tentang edukasi, yang tak terdapat dari sekolah, atau pun skripsi.

Tapakilah jejak diri, wujudkanlah mimpi, dan yakinlah kan kau raih (Berpasrah pada waktu) Woo’o/Lakukanlah dari hati, beri yg terbaik.. pasti kan kau raih (Semua cita dan mimpimu)

Hanya waktu yang dapat menjawab/Mampukah dia merubah, Saat semua, mimpinya tercipt/Saat dimana jalannya, lebar terbuk/Beban berat tertancap dipundak/Semua hanya jadi sejarah, yang terlewat/Dia merdeka, nyata dan bahagia/Dia tertawa di akhir, semua usaha/Dan percaya jalan tak slalu berliku/Dan mengerti, celah untuk berpacu.

Itulah lirik lagu motivasi yang menurutku sangat pas dengan keadaanku saat ini di lembaga. Meski cobaan yang aku hadapi tidak seberat di alami oleh bocah dalam syair lagu ini, Aku pikir tidak ada salahnya jika lagu ini menjadi favoritku.

Sederhana yang aku harapkan dalam kehidupan ini, kalau kanda membaca tulisanku tentang keakuan mungkin kanda akan tahu apa yang aku inginkan. Aku punya mimpi yang sama dengan Soeharto, mempunyai cita-cita yang tinggi. Hanya saja aku tidak bisa menghabiskan waktu luang untuk belajar.

Entah kenapa, padahal ayah dan ibu mengira aku sangat rajin belajar, menjadi anak yang soleh. Kenyataannya aku hanya menjadi seperti ini. menghabiskan uang orang tuaku dengan foya-foya, tidak memikirkan dari mana uang itu berasal.

Aku selalu berharap bisa menjadi bocah yang ada pada syair lagu diatas. Tidak merepotkan kedua orang tua. Karena orang tua sering bilang pula aku harus fokus terhadap belajarku di lembaga, meski harus mengorbankan kuliah.

Mungkin aku hampir setiap hari menghubungi orang tua, tak banyak yang dia tanya bapakku “Bagaimana liputannya?”. Itulah pertanyaan membuatku selalu berfikir untuk mencari alasan agar bapakku tidak kecewa.
Selalu menyesal yang tak ada henti-hentinya ketika menjawab dengan penuh kebohongan. Tetapi, karena sakit yang berkata lain ketika ditanya orang tuaku. Keterpaksaan untuk menjawab hanya di dalam hati bagiku sudah cukup untuk menutup dosaku.

Aku percaya bahwa waktu yang aku rasakan saat ini akan menjadi saksi pondasiku untuk membakar semangatku di lembaga. Tak akan jauh dengan lagu yang aku sukai saat ini. berpasrah pada waktu.

Bagiku esensi yang terbungkus dalam substansi dari lagu ini adalah tentang kesabaran. Menuntut semua makhluk yang berfikir ketika di liputi oleh waktu hanya untuk bersabar. Bersabar menghadang aral, bersabar dalam menuntut ilmu bersabar menuntut mimpi kesuksesan.

Ketika pula pelajaran tentang bersabar menjadi orang yang sukses (berpengetahuan) di tuntut pula untuk mengimbangi dengan ketawadzu’annya. Begitu besar makna yang terkandung dalam syair lagu di atas.

Membutuhkan waktu yang lama untuk meraih kesuksesan bagiku tak jadi soal. Terpenting mau membagi waktunya untuk menghibur diri. Sejauh berapun waktu yang di butuhkan manusia untuk mendapat kesuksesannya pasti akan sukses jua.

Manusia tidak ada yang tidak produktif, semua manusia produkstif. Jikapun manusia tidak produktif, kesalahan kecil saja, mereka tidak memiliki ruang untuk berproduktif. Tak sedikit orang yang tidak mengenyam bangku pendidikan, sehingga banyak yang tidak berproduktif.

Aku tak bisa membayangkan jika aku di kemudian hari tidak sukses (Gusti nu Agung), barangkali aku percuma setiap hari haus untuk mendengarkan lagu motivasiku (namanya juga manusia). Tapi aku takkan bosan mendengarkan lagu motivasi lain, untuk menggugahkan semangat ku di lembaga.

Subhanallah tulisanku sampai saat ini belum juga usai (semangat). Tak apalah yang penting harus pas pada waktunya. Lagu ini sangat mengesankan bagiku, selain tidak membosankan, lagu ini pun di nyanyikan oleh basis Asean.

Pengaruh yang sangat besar pada kepribadianku, tak akan aku biarkan menjadi bias di makan oleh serangga dan hama waktu. Sedikit demi sedikit mengikis semangatku untuk berhenti melakukan kegiatanku di lembaga.

Mungkin hanya disini saja ceritaku tentang lagu ini. Mungkin sudah jelas mengapa aku harus menyukai lagu ini. Narasi yang aku paparkan akan selalu mudah dibaca oleh murid kelas V SD, membuat girang sang professor untuk membaca tulisanku. Sekian terima kasih.

Tulisan disusun oleh : (ABDURROHIM AL AYUBI)

Dosen Kecewa



Ketika aku pulang dari Sekretariat Lembaga Pers Mahasiswa (LPM), aku tiba di kosan pukul 22.10 WIB. Selain itu, temanku sudah tertidur nyenyak. Namun dikesendirianku, bayangan wajah Ibu dan Bapakku hadir di benaku.

Aku pun tiba-tiba teringat dengan pesan ibuku sebelum berangkat ke Jakarta. “Nak, kalau begadang jangan terlaru malam, ingat mata pelajaran, kamu harus lebih baik dari pada kami,” ujar ibuku. Jika kata-kata itu hadir di dalam jiwa ini, semangat dan hrapan berdatangan secara tiba-tiba. Walaupun, aku  dalam keadaan galau tingkat malaikat.

Malam itu aku habiskan mengerjakan tugas mata kuliyah kritik sanad dan matan hadis sampai adzan subuh tiba. Di pertengahan adzan, aku pun langsung ke kamar mandi dengan mata terpenggal-penggal. Ketika aku bercermin, mataku merah, rambutku terurai berantakan, serta bayangan wajahku mempunyai beberapa dimensi. 

Setelah melaksanakan kewajiban, aku pun tertidur nyenyak dan bermimpi. Saat suara pedagang terdengar, “Kue, gorengan, siapa yang mau sarapan?” Aku bangun dengan serentak. “Wah, ini pasti sudah siang,” ujar hatiku. 

 Saat aku menoleh ke luar, cahaya matahari sudah menghiasi pagi. Aku pun langsung mandi tergesa-gesa. Tiba aku di kelas, Dosen sudah duduk manis seraya bertanya, “Siapa pemakalah sekarang?” 
Kami pun berbisik-bisik, salah satu temanku menjawab dari belakang, “Bagian kelompok sembilan pak,” ujar temanku. Tidak lama kemudian, para pemakalah datang.  Namun, muka Dosen agak sedikit cemberut dan asam. 

Ketika diskusi berlangsung, salah satu rekan saya mengomentari makalah para pemateri. “Saya tahu persis, makalah ini ngambil  dari blog Pesantren Nusantara,” ujar rekanku sambil memegang makalah.

Mendengar hal itu, muka Dosen tiba-tiba memerah sambil bertanya, ”Benar, ini semuanya ngambil dari blog?” Para pemateri menjawab dengan suara pelan, “Iya pak, tapi cuma sebagaian.”   

“Saya sangat kecewa sekali dengan kejadian hal ini,” ujar Dosen sambil merapihkan barang-barangnya. Dan akhirnya pun ia pergi meninggalkan kami di tengah-tengah perbincangan. 

Salah satu teman dari pemateri, tiba-tiba menghampiri rekanku yang mengkritisi para pemakalah tadi. Sampai akhirnya terjadi perbincangan sengit di antara mereka. (Yadi Mulyadi)

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Manuskrip University - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger