Manuskrip University
Headlines News :

Misteri

National
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
Diberdayakan oleh Blogger.

Latest Post

Pawai Taaruf meriahkan MTQ ke-IV

Written By Unknown on Minggu, 10 Februari 2013 | 06.27




Sabtu (9/2) kemarin, peserta pawai taaruf dari berbagai kecamatan di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memadati Jalan Raya Pondok Cabe hingga panggung kehormatan di Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Jakarta yang  merupakan destinasi akhir pawai tersebut. Acara ini diadakan dalam rangka memeriahkan Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) ke-IV sekota Tangsel.

Setiap penampilan akan dinilai langsung panitia yang berasal dari staf ahli pemerintah kota dan kementerian agama kota Tangsel yang ditunjuk oleh sang walikota, Airin Rachmi Diany yang datang saat pawai bersama Sekretaris Daerah Kota Tangsel Dudung E. Diredja.  Maka dari itu, seluruh kecamatan mengerahkan kemampuan pesertanya di hadapan walikota  Tangsel untuk menjadi peserta terbaik.

Salah satu peserta pawai Kecamatan Ciputat dari Sanggar Seni Bela Diri Laskar Betawi, Endang Saputra, mengharapkan, dengan adanya acara ini, pemerintah daerah bisa melihat potensi pencak silat di Tangsel. Menurutnya, jika tidak dibina sejak usia dini, seni budaya khas Betawi ini akan tertinggal di era globalisasi.

"Pengenalan seni budaya harus ditanamkan sejak usia dini. jangan sampai tertinggal oleh eranya," ungkap Endang yang juga dewan pembina Laskar Betawi.

Untuk menjadi peserta pawai, Endang bersama peserta Laskar Betawi, tidak perlu melakukan persiapan yang matang. Selain untuk mengikuti pawai, mereka sudah jauh-jauh hari melakukan latihan rutin untuk berbagai event tertentu.

Meski pawai taaruf terdengar bising serta menutup jalan, salah satu warga Jalah Kertamukti, Suraji, tidak merasa keberatan dengan adanya pawai taaruf. Sebab, kegiatan itu termasuk kepentingan masyarakat. Menurutnya, dengan adanya pawai tersebut, warga dapat melihat keterampilan dari berbagai kecamatan.

"Saya senang karena baru kali ini MTQ diselenggarakan di Ciputat Timur, sebelumnya tidak pernah. Mudah-mudahan acaranya berjalan dengan lancar dan lebih ramai," kata Suraji.

Di sela-sela acara, hujan deras membasahi peserta pawai taaruf MTQ. Akibatnya, sebagian peserta yang masih jauh dari panggung kehormatan berteduh di pemukiman warga Kelurahan Pisangan dan area kampus UIN Jakarta. Namun, sebagian peserta pawai terus melanjutkan ke garis finis. (Ayub)

Meraih kesuksesan dengan Pedagogi

Written By Unknown on Rabu, 06 Februari 2013 | 07.16


“Tantangan besar dalam sejarah hanya dapat dijawab oleh mereka yang mempunyai naluri kepahlawanan. Mereka adalah para aktivis yang selalu menyiapkan diri pada kondisi yang paling sulit, dengan setumpuk beban yang sangat berat sekalipun.”

Begitulah ungkap Gerry Suryo Sukmono, Ketua Umum  Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI),  ketika menjadi pembicara dalam seminar Briliant Pedagogy Training di Gedung Teater  Lantai 1 Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), Selasa (5/6).

Pada awal acara, Gerry menjelaskan, kesuksesan merupakan perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai  suatu  tujuan. “Kesuksesan menciptakan nilai tambah untuk diri sendiri dan masyarakat dalam rangka menuju kehidupan bahagia di alam setelah dunia,” ujarnya.

Selanjutnya, ia memaparkan beberapa penyebab kegagalan orang Indonesia, diantaranya karena tidak percaya diri untuk menentukan tujuan, malas untuk melakukan tindakan, serta merasa sombong untuk belajar padahal dirinya bodoh. Tidak seperti orang Eropa, yang selalu bekerja keras untuk meraih kesuksesan. 

Padahal menurutnya, otak orang Indonesia lebih cerdas dibandingkan dengan otak orang Eropa  karena setelah dilakukan perbandingan untuk menghafal tiga kalimat saja, orang Eropa butuh waktu lebih dari dua puluh detik. Sementara itu, orang Indonesia hanya membutuhkan waktu dua puluh detik. Hal ini membuktikan bahwa orang Indonesia tidak akan kalah jika kita mau berusaha.

 Baginya, yang bisa membantu seseorang untuk meraih kesuksesan adalah dirinya sendiri, tidak ada yang dapat menganalisa dan menentukan tujuan hidup seseorang. Selain itu, hubungan terhadap orang lain, tempat tinggal serta fasilitas pun mempengaruhi untuk kesuksesan, seperti Negara lain yang penuh dengan fasilitasnya.

Mengakhiri acara, Gerry yakin, jika orang Indonesia bisa mengelola waktu untuk belajar, maka peluang untuk sukses sangatlah besar.  “kegagalan menuju kesuksesan dapat dihapuskan, karena sesungguhnya otak-otak Indonesia tidak berbeda dengan otak Albert Einsten,” paparnya.

Muhammad Rizky Bayu, salah satu peserta seminar dari Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Komunikasi dan Ilmu Dakwah (FIDKOM),    merasa senang dengan diadakannya seminar Pedagogi. Menurutnya, kiat-kiat meraih sukses yang disajikan sesuai dengan kondisinya sebagai mahasiswa.

(Ayub)

AKU ADALAH JIWA


Siapa aku? Entah bagaimana aku menjawab. Jika menjawab namaku Ayub dengan wajah khas Indonesia serta memiliki kulit yang hitam, kiranya aku hanya memberitahu cirri-ciriku saja. Kau bertanya, aku tak akan jawab, percuma kau bertanya karena aku pun mencari tahu siapa diriku.

Sejak aku masih kecil, aku selalu bertanya (bahasa Rahmat; Filsafat) apa itu kursi, apa itu meja, dengan bangga semua makhluk yang berada di lingkunganku menjawab dengan lantang. Telingaku benjut serta bosan di ceramahi tentang meja dan kursi. Begitu pula aku bosan banyaknya kegunaan kursi dan meja.

Tapi, ketika ku pertanyakan siapa diriku, tak ada yang mau menjawab. Ibu dan ayahku selalu berkata aku anak yang baik, selalu mengatakan pula aku anak yang jujur. Tatkala aku mengambil hak orang lain (mencuri) apakah aku bisa dikatakan baik, dan ketika pula aku setiap kali berkata bohong apakah masih pantas aku dikatakan anak yang jujur?

Lantas siapa diriku sebenarnya? Bagiku itu adalah pertanyaan yang tak bisa kujawab. Sulit jika harus menimbang dan menyoal keakuan. Bertingkah laku yang paradoks dengan klaim orang-orang bahwa aku adalah anak yang baik, bahwa aku adalah anak yang jujur.

Agaknya, meski tidak tau siapa aku sebenarnya. Menutup kesalahan dengan bertingkah laku baik dan diam nampaknya itu jalan terbaikku dibanding dengan carmuk dan barkata yang itu adalah sampah.
Rupanya kau masih mau membaca tulisanku ini, baiklah aku akan bercerita lagi demi tulisanku ini. Tidak ada seorang pun yang tau siapa diriku sebenarnya. Bahkan beragam cara aku lakukan usaha untuk mencari tahu siapa diriku.

Ada permintaan dari sang motivator agar mudah untuk mengenali diriku sendiri. banyak hal yang kupersiapkan mulai dari nama yang meski kutulis, umur, hobi, bahkan sampai kejelekanku aku ceritakan dalam lembaran kertas itu. Ratusan kejelekanku yang ditumpahkan kelembaran kertas.

Sebelum ku membakar kertas tertulis ratusan kejelekan yang pernah ku alami itu, timbul pemikiran apakah aku seburuk itu. Masih banyak hal-hal kebaikan yang pernah kulakukan. Sampai orang tuaku menangis melihat kebaikan yang pernah aku lakukan. “tapi jika kau mau mencari tahu kebaikanku mending kita diskusi aja, malu untuk ditulis, hehehe”

Itulah salah satu dari cara yang kupakai untuk mencari siapa aku. Meskipun demikian, cara itu tak dapat merobohkan sebongkah pertanyaan yang telah lama membeku dalam dadaku. Namun, aku selalu berharap untuk dapat mengenali siapa diriku.

Aku di kenal oleh banyak orang dengan sebutan bangkai yang berjalan, Telmi, pemalas dan semua tentang kejelekanku. Anehnya orang yang berkata seperti itu selalu aku pimpin, selalu berada di bawahanku. Aku tak berbicara bohong kanda, Bahkan itu berulang kali.

Lantas siapa diriku. Tuhan tak kupinta lahir kedunia tak kupinta nasib begini, tapi yang kau berikan ku tak mengerti apa maksudmu. Aku mempunyai sejarah yang tak bisa kujawab siapa diriku. “ hehehehe bagus tuh aktingnya”

Mungkin aku bukan orang pilihan kali ya. Aku tahu pencipta bola lampu, aku tahu pencipta mesin uap, dan aku pun banyak tahu yang lainnya. Tetapi mengapa aku tidak tau siapa diriku. Dengan banyak rambut yang menempel di kepalaku, aku pusing menghitungnya.

Mungkin kata yang pantas untuk sebutan diriku adalah kadang-kadang, karena aku kadang-kadang benar, kadang-kadang salah. Banyak hal yang mengkadang-kadang ada dalam jiwaku. Saya pikir ini yang pantas.
Entah dengan cara apalagi aku mencari tahu siapa diriku. Terkadang aku tertawa dengan orang-orang yang sok filsof mencari tahu tentang tuhan. Rasanya tidak asyik jika tidak membahas mengenai tuhan tak berkolor, tuhan yang bisa di foto. Dibenakku selalu berfikir bahwa kau sok filsof sedangkan mencari tahu siapa dirimu pun kau tidak tahu.
Tapi memang begitulah susahnya mencari tahu siapa diriku. Jika ku harus merenungkan hal-hal keakuan bagiku butuh waktu yang lama. Tetapi aku tak bisa membagi waktu itu untuk mengetahui siapa diriku.

Hidupku untuk sekarang adalah di lembaga ke-Institutan. Jika teman-temanku berkata aku adalah pemalas, selalu telat mengumpulkan tugas, tidak suka membaca buku. Rasanya memang pantas aku dikatakan seperti itu.

Sebenarnya aku tidak paham sekali dengan tata cara menulis yang baik. Mungkin itu adalah aku yang sementara. Tapi, tak apalah yang jelas aku jangan sampai di keluarkan dalam lembaga. Memang aku bodoh, memang aku tolol. Tapi aku tak pernah menghiraukan kau berkata seperti itu.

Seperti yang aku bilang tadi, sering kali aku memimpin orang untuk bertindak yang selalu ada hubungan nya dengan permintaan ibu dan bapak. “tersenyumlah dikemudian hari” kata-kata yang selalu saya ingat bersama kedua orang tuaku.

Tapi aku masih tak percaya itu, karena di lembaga justru aku tidak berada diatas melainkan yang terbawah, masih malu untuk mengungkapkan sesuatu hal. Masih sukar untuk menjadi yang teratas, masih banyak yang lebih pintar dan cakap untuk memimpin lembaga.

Aku adalah jiwa mungkin kesimpulan tulisanku dari atas sampai bawah. Maaf kanda jika tulisanku tak pernah meningkat. Tapi suatu saat akan ku gemparkan dunia oleh tulisanku, sekian terima kasih.


(AYUBI)
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Manuskrip University - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger