Manuskrip University: Laporan Utama
Headlines News :

Misteri

National
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
Diberdayakan oleh Blogger.

Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Laporan Utama. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Laporan Utama. Tampilkan semua postingan

Menguak Kembali Perjuangan Sjafruddin Prawiranegara

Written By Unknown on Rabu, 06 Februari 2013 | 06.19


Serang- Banten, INSTITUT -  Awal gerakan pemikiran dan kontribusi Sjafruddin Prawiranegara terhadap eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah usai dilaksanakan. Mandat sebagai ketua Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) ini, diberikan Muhammad Hatta kepada Sjafruddin Prawinagera untuk menjaga stabilitas negara dan menjalankan roda pemerintahan sementara.

Begitulah perbincangan dalam Seminar Nasional yang  digagas oleh Himpunan Mahasiswa Banten (HMB)  Jakarta, Bekerja sama dengan Bank Indonesia (BI) bertempat di Gedung Radar Banten, Minggu (8/7). Acara yang bertema “In Memoriam to Sjafruddin Prawiranegara” menghadirkan anak kandung Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Chalid Prawiranegara,  Boni Triana (S\ejarawan Muda/Pemimpin Redaksi Historia Online), Najmuddin Busro (tokoh Banten), dan Mufti Ali, delegasi dari Kelembagaan Bantenologi yang sekaligus bertindak sebagai pembicara pada seminar tersebut.

Pada awal perbincangan itu,  Lili Romli, Ketua Peneliti Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI) memoderati acara tersebut. Menurutnya, Sjafruddin Prawiranegara merupakan pejuang yang sangat luar biasa, bukan saja identitas dan pemikirannya, tapi juga etika dan prilakunya. ia menyayangkan di tanah kelahirannya sosok sjafruddin kurang begitu di kenal. Namun, di tingkat nasional dan internasional namanya begitu harum dikenang.

Selain itu, Najmuddin salah satu tokoh banten  memaparkan, ketika Yogyakarta berada di tangan pemerintah kolonial belanda, pada tanggal 22 Desember 1948 Sjafruddin membentuk  PDRI. Kala itu Belanda mengumumkan pada dunia bahwa Indonesia sudah tidak ada, sedangkan pimpinan PDRI Sjafruddin menyatakan bahwa Indonesia masih ada, terlihat dari keberadaan PDRI yang masih tetap kokoh.

Dunia pun dikagetkan dengan pernyataan sjafruddin tersebut, namun hal itu terbilang percuma. karena, PBB sudah tidak mengakui keberadaan Indonesia sebagai sebuah Negara. Sebab, Indonesia dianggap sudah tidak memenuhi komponen sebagai sebuah Negara, seperti ketiadaan pemerintah, rakyat, dan wilayah. “Alhasil gelar Indonesia sebagai Negara pun lepas,” katanya.

Hal berbeda di ungkapkan Boni Triana, menurutnya jika Sjafruddin Prawiranegara dilihat dari aspek historis. Ia mengatakan, Sjafruddin hanya sebatas menjabat sebagai ketua PDRI, bukan sebagai presiden. “Karena secara prosedur hukum dan Negara, Sjafruddin tidak memenuhi,” ucapnya.

Ia menambahkan, aspek historis sangat perlu diperhatikan, selain sebagai sebuah fakta. Aspek  historis juga terkadang membuat kita (rakyat indonesia) bingung untuk  membuktikan kebenaran tersebut. “Dulu itu, banyak aspek historis yang bersifat politis. Jadi, kita harus pintar dalam memilah dan memilihnya.” ungkap Boni.

Syafrita Nurkhalika, salah satu peserta seminar dari Universitas Sultan Agung Tirtyasa (Untirta), merasa senang dan bangga dengan adanya seminar tentang sosok Sjafruddin Prawiranegara, menurutnya materi yang disajikan sesuai dengan mata kuliah Manajemen Perbankkan.

ia berharap, adanya seminar lanjutan dengan tema yang lebih bernuansa ekonomi islam, karena hal itu sangat membantu. “Mudah-mudahan lewat seminar ini, akan mampu mencetak ekonom handal yang kelak akan mampu memperbaiki permasalahan ekonomi global,” ucapnya. (Ayub)

Mahasiswa Keluhkan Gedung FISIP Belum Difungsikan



UIN Jakarta, INSTITUT - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengeluhkan gedung FISIP yang hingga saat ini belum bisa difungsikan. Hal itu diakibatkan pembangunan gedung FISIP tak kunjung usai hingga saat ini.

Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (BEMF) FISIP, Ardhy Dinata Sitepu mengatakan, menurut perkataan salah satu dosennya, pihak Rektorat pernah menjanjikan gedung FISIP dapat difungsikan pada bulan Desember tahun 2011.

“Tapi itu hanya isu, tidak ada pemberitaan resmi, Kemarin saya sempat ngobrol dengan Pak Abrori Pudek III, ia mengatakan gedung FISIP dapat ditempati pada September tahun ini. Itu pun kalau tidak da kendala,” jelasnya, Rabu (4/7).

Ardhy memaklumi kondisi gedung FISIP yang hingga saat ini belum dapat ditempati. Namun ia mengatakan hal itu sangat mengganggu aktifitas mahasiswa FISIP. “Apalagi kita kan harus memakai aula untuk kegiatan propesa mahasiswa baru,” katanya.

Hal senada diungkapkan salah satu mahasiswa Jurusan Ilmu Politik FISIP, Muhammad Rafsanjani, ia mengatakan, pemfungsian gedung FISIP telah disosisalisaikan sewaktu ia menjalani kegiatan Propesa. Tapi hingga saat ini gedung FISIP belum dapat ditempati.

 “Saya dan teman-teman belajar di mana-mana, di gedung Fakultas Psikologi lantai 4 selama satu semester, tapi setelah itu kami diusir. Pernah juga saya kuliah di kampus satu, di bekas gedung Farmasi selama 3 bulan,” jelasnya, Jumat (6/7).

Ia menambahkan, fasilitas-fasilitas yang harusnya dapat dinikmati oleh para mahasiswa akhirnya tidak dapat dinikmati karena gedung yang masih belum dapat ditempati. “Jadi kulah kita tidak bisa semaksimal mungkin,” tambahnya.

Menanggapi hal tersebut,Pembantu Rektor (Purek) Bidang Adminidtrasi Umum,  Amsal Bachtiar, menjelaskan, sebagian gedung FISIP sudah bisa dipakai untuk kegiatan belajar mahasiswa. tapi menurutnya, para mahasiswa tidak dapat belajar secara kondusif karena masih ada para karyawan bangunan yang masih menyelesaikan pembangunan.

“Untuk sementara mahasiswa FISIP bertempat di gedung Psikologi terlebih dahulu. Karena ini baru pembangunan tahap ketiga yang masih dalam proses pengerjaan,” jelasnya, Senin (9/7).

Amsal menambahkan, pembangunan gedung FISIP diperkirakan akan selesai pada bulan Desember tahun ini. “Mahasiswa harus sabar, karena anggarannya per tahun,” tambahnya.

Ardhy berharap pihak rektorat benar-benar komitmen menyelesaikan pembangunan  di September, karena September mahasiswa baru masuk dan BEM Fisip sendiri punya agenda-agenda besar untuk mengundang teman-teman dari universitas lain.

“Kita butuh ruangan dan gedung yang memadai untuk menyambut dan mengisi kegiatannya,” paparnya. (Ayub)

Pasar Kaget Kecewakan Sivitas Akademika FU




UIN JAKARTA – INSTITUT, Keberadaan pasar kaget di Basement Fakultas Ushuluddin (FU) sejak 17-21 September kemarin sangat mengganggu. Basement FU yang seharusnya digunakan untuk belajar serta melepas kepenatan kuliah mahasiswa, malah dijadikan sebagai pasar. Akibatnya, sivitas akademika FU merasa kecewa.

Kekecewaan itu dirasakan Mahasiswa Jurusan Aqidah Filsafat, Danny Ramdhany yang menyampaikan dengan terang-terangan bahwa pasar kaget melanggar aturan. Ia menyayangkan fakultas yang dianggap sebagai jantung UIN dijadikan pasar.

“Kegiatan pasar ini sebetulnya paradoks karena tidak sesuai dengan Visi FU, yang semestinya menciptakan para intelektual. Seharusnya kegiatan seperti ini dilakukan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis,” tegasnya, Rabu (19/09).

Tak hanya Danny, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Jurusan (BEMJ) Tafsir Hadist, Masfufah, turut merasa kecewa, dirinya tidak ada niat untuk mengadakan pasar tersebut. Awalnya, ia bekerja sama dengan  Maslam Danuri selaku penanggung jawab pasar (Mahasiswa Tafsir Hadist) untuk mengadakan bazar buku diharapkan dapat menghasilkan dana Kegiatan Ta’aruf jurusannya, namun perjanjiannya tidak terpenuhi.

Sejak dirinya mendapat teguran keras dari pihak dekanat, Masfufah menyampaikan kepada Danuri untuk mengganti pasar domestik dengan bazar buku. Namun menurutnya, Danuri tidak mau mengabulkannya. Padahal kesepakatan awal bukan pasar domestik melainkan bazar buku.

“Harapan saya sebenarnya hanya bazar buku, tapi tidak tahu kenapa malah pasar domestik yang ada. Akhirnya karena mereka sudah terlanjur kontrak, ya sudah,” keluhnya, Senin (24/09).

Menanggapi beberapa mahasiswa yang kecewa, Danuri mengatakan, obrolannya dengan Masfufah tidak hanya bazar buku saja, melainkan ada pula pasar domestik. Ia mengakui ada miss komunikasi dengan Tion seorang penjual buku di Student Center (SC).

“Saya kira Tion mengadakan bazar buku di SC hanya satu minggu, ternyata bazar buku tersebut tidak seminggu tapi dua minggu. Berhubung saya miss komunikasi dengan Tion, jadi bazar buku itu tidak terselenggara,” ungkapnya, Selasa, (25/09).

Menurutnya, pasar domestik yang ada di Basement FU sama sekali tidak mengganggu kegiatan mahasiswa. Terkait pasar, di luar FU pun pernah melakukan hal yang sama.

Mengenai pasar yang dianggap menggangu kegiatan mahasiswa, Pembantu Dekan III Bidang Kemahasiswaan, Suryadinata, mengatakan kegiatan pasar tersebut tidak bisa dilanjutkan lagi. Pasalnya, kegiatan itu menyalahi peraturan, mereka harus diberikan pengawasan.

Baginya, keberadaan pasar tersebut tidak memberikan manfaat sedikit pun terhadap pihak dekanat serta sebagian besar mahasiswa FU. Ia menambahkan tempat yang dipakai itu memang digunakan sebagai tempat kegiatan mahasiswa dalam memperkaya wawasan keilmuan.

“Di suratnya itu tidak ada Pasar Domestik, karena tidak ada kaitannya dengan mahasiswa. Kita tidak mengizinkan kalau kegiatan ini di luar akademik, jadi itu sangat menyalahi aturan,” tandasnya, Jum’at (21/09). (ABDURROHIM AL AYUBI)

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Manuskrip University - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger