Manuskrip University: Situasi Nasional
Headlines News :

Misteri

National
Google PageRank Checker Powered by  MyPagerank.Net
Diberdayakan oleh Blogger.

Latest Post

Tampilkan postingan dengan label Situasi Nasional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Situasi Nasional. Tampilkan semua postingan

Sampah Pasar Cimanggis, Sebabkan Bau Sengat

Written By Unknown on Rabu, 06 Februari 2013 | 07.05




Pemberdayaan untuk menjadikan kota yang bersih sebagaimana negara-negara berkembang lain, sepertinya tidak dapat terwujud di tanah air. Risaunya, bahwa sebagian besar disebabkan tidak adanya hubungan timbal balik antara manusia dan alam sekitarnya. Tempat sampah yang kurang ditanggulangi dengan baik dibagian lainnya menimpa beberapa daerah di Indonesia.

Sebut saja, tempat sampah di Cimanggis Tangerang Selatan. Pagi itu, Senin (25/11), sekitar jam 4 pagi sudah banyak petugas kebersihan daerah sekitar sedang mengangkut sampah serta membersihkan yang telah berserakan sejak siang kemarin. Nurul Khidayat merupakan kondektur dari salah satu truk untuk mengumpulkan sampah yang telah dikumpulkan. Namun, meski ia hanya sebagai kondektur, terkadang ia pun menjadi pengemudi truk. Ia tidak merengek meski harus hanya seorang kondektur.

Tempat itu selalu tidak enak dipandang dan bau yang dihasilkan pun begitu menyengat sampai 1 kilo meter. Padahal, pembersihan serta pengawasan itu dilakukan setiap hari. Sebenarnya hati yang paling kecil seorang kondektur ini menyayangkan ketika hal itu harus terjadi, apalagi petugas dalam menjalankan tugasnya hanya 5 jam saja setiap harinya.

Hampir 6 bulan petugas asal jawa ini bekerja sebagai orang yang mengembani pekerjaan yang mulia. Nurul bersama petugas lainnya hanya bermodal pakaian khusus dalam membersihkan serta memiliki rasa tidak jijik terhadap kotoran yang sering mereka temui. Setiap harinya, mereka membersihkan serakan sampah untuk ditimbun pada sebuah truk, setelah itu langsung diangkut ke pusat pembuangan sampah TPA Cipeucang Serpong –seperti pusat pengelolaan sampah di daerah Tangerang—.”Ada 3 amrol untuk mengangkut ke Cipeucang setiap harinya,” ungkap petugas yang baru saja memiliki anak berumur 5 bulan itu.

Sepertinya para petugas yang hanya dikira membersihkan kotoran sisa pasar dan orang yang teledor itu tidak hanya membersihkan sampah dekat lapak saung pasar kecil saja, melainkan di seberangnya yang merupakan tanah milik PT Rumah Toko (Ruko) yang segera dibangun pun turut dibersihkan. Tempat itu tak kalah banyaknya, banyak pula sampah anorganik yang susah untuk melebur menjadi tanah. Hal ini tentu menambah pekerjaan menjadi bertambah bagi petugas kebersihan.

Tempat itu hanya terlihat rapi ketika ada petugasnya saja, setelah itu akan terulang kembali sampai setiap harinya. Bau yang dihasilkan sampah tersebut tidak dapat hilang, sebab cairan yang mengalir dari sampah-sampah  dan bekas pemandian mobil pengangkut ayam  itu sukar untuk asat. Maka, lama-lama akan menimbulkan bau yang busuk. “Apalagi kalau cuaca hujan seperti ini,” ungkap kondenktur itu.

Pada tempat pembuangan sampah tersebut, tentu akan menghasilkan berbagai efek yang tidak diharapkan. Hal itu telah dirasakan oleh Narto seorang penjual Warung Kopi (Warkop) yang juga menjual nasi merasa sedikit terganggu dengan bau yang semerbak itu. Demi kenyamanan bersama, Bapak pemilik warung ini sesekali turut membantu petugas setiap minggu sekali. Ia sering melihat orang-orang yang membuang sampah itu setiap hari.

Dengan niat ibadah terkadang pedagang asal kuningan ini pun harus membereskan serakan yang setiap harinya terkadang mengenai pada sekitar warungnya. Asap yang setiap hari dibakar oleh sebagian petugas dari Ruko, sering mengepul di warungnya. Sehingga rasa kurang nyaman harus dirasakan Narto bersama kelurganya. Walau hanya seorang penunggu Warkop, semangat Narto dalam membantu untuk menjadikan tempat yang bersih telah ia lakukan 2 tahun lamanya.

Saat membersihkan sampah yang terkadang menghampiri rumah Narto, ia tidak hanya sendiri menghadapinya, melainkan ditemani oleh sang istri yang juga kerap menyumbangkan tenaganya untuk merapihkan atau terkadang harus menaikan sampah yang turun dari timbunan.

Warung yang diperkirakan hanya memiliki luas 2 kali 3 meter itu, harus Narto jaga dengan rapi. Sebab bagaimana pun juga, Narto bekerja hanya menjaga Warkop dan nasi itu bersama istrinya. Orang banyak yang berkunjung untuk melepaskan kepenatan dan memanjakan lelahnya untuk beristirahat di warung sederhana itu meski sangat dekat dengan tempat pembuangan sampah.
Untuk pembersihan tanpa pamrih Narto tidak tentu, ia hanya membarsihkan ketika benar-benar telah menggangu warungnya. Sampah yang dihasilkan oleh Ruko memang tidak sebau apa yang telah sampah dekat pasar itu dihamburkan. Tapi, tetap saja rasa tidak enak itu tetap dirasakan Narto. Hanya ia tidak banyak mengeluh ketika menghadapi tantangan hidupnya. Bagaimana pun penjual nasi dekat pembuangan sampah yang masih berdiri hinga saat ini adalah warung Narto. Jadi, Narto mengambil sisi positifnya ketika tidak ada pesaing Warkop

Tidak banyak harapan dari Narto, hanya ingin seluruh lapisan masyarakat selalu  sadar akan kebersihan sekitar demi kenyamanan bersama. Dengan wajah yang lesu, Narto mengatakan tidak bisa berbuat lebih dalam menanggulangi masalah ini. “Ya kalau bisa masyarakat sadarlah, sebab biar tidak begini saja seterusnya,” Ungkap Narto seraya berharap besar. Senin, (26/11).

Hal serupa dinyatakan oleh Yusriani salah seorang pedagang barang domestik saat duduk di bangku tempat ia menunggu,  sering melewati tempat pembuangan barang yang sudah tidak diindahi. Setiap kalinya, Yusriani harus menutup rapat-rapat hidungnya ketika melewati tempat pembuangan sampah dan menghirup aroma tak sedap itu. Menurut ibu kisaran umur 40 tahun ini, sering pula harus melewati jalur lain untuk menghindari tempat sampah yang menyebabkan aroma tidak sedap. Ia harus melalui jarak yang cukup jauh hanya untuk menghindari rasa mualnya ketika menghirup udara itu.

Untungnya ketika melewati tempat itu menggunakan kendaraan roda empat, jadi menurut Yusriani, udara menjadi tidak terlalu menghembuskan kehidungnya. Akuannya, meski telah ditutup dengan rapat, rasa tidak enak itu tetap terasa walaupun hanya sedikit. Yusriani memang tidak terlalu kuat ketika mencium bau-bau menyengat. Apalagi yang dibayangkannya adalah timbunan sampah dengan genangan air serta dipenuhi oleh bulu-bulu ayam.

Pembenaran mengenai pasar yang besar bagi Ciputat, kini tidak terlalu menjadikan sampah lebih porak poranda. Wanita itu membandingkan tempat penjual belian kecil –hanya beberapa saung— malah lebih tidak beraturan dan bahkan seolah dijadikan sebagai pusat pembuangan sampah.  ia sangat berharap terhadap aparat untuk memerhatikan tempat sampah agar tidak terlalu menggangu warga sekitarnya serta masyarakat pun sadar ketika melihat kejadian seperti itu. Ia mengira bahwa untuk menjadikan tempat itu tidak berserakan dan juga tidak menggangu , ia memperkirakan membutuhkan waktu yang sangat lama.

Yusriani menyangka, jika sebelum ia berdagang tidak separah sekarang yang dicampur dengan polusi. Menurutnya, pencemaran asap yang diakibatkan dari kendaraan roda dua ini sudah terlalu berlebihan. Apalagi ketika ditambah udara yang dihasilkan kotoran-kotoran yang terkadang banyak pula disebabkan dari orang yang selewengan  bukan berasal dari Cimanggis.

(ABI)

Variasi Pola Pengasuhan Orang Tua Terhadap Anak




Lingkungan modern mengubah pola pengasuhan orang tua terhadap anak, perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan pengasuhan zaman dulu yang pola pengasuhannya  alamiah serta banyak melibatkan persentuhan kasih sayang terhadap anak.

Erna Multahada Dosen Psikologi Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memaparkan, tantangan di zaman modern lebih berfariasi ketimbang zaman dulu. Mereka lebih membiarkan anak tidak boleh bermain keluar, hanya membiarkan anak asik di depan televisi, ternyata didalam pun kurang pengawasan.

Pola pengasuhan sebenarnya sama saja, tergantung bagaimana orang tua belajar terhadap zaman yang sudah berubah ini. Orang tua harus mempelajari dengan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi oleh anak, sehingga pola pengasuhannya juga harus tetap memegang prinsip-prinsip yang sama.”Misalnya pengasuhan tegas tetapi peduli terhadap anak. Selain tegas dan peduli, orang tua juga memberikan suatu aturan agar anak dapat berkaca pada orang tua, Selain itu anak juga bisa terkontrol dari sikap orang tua,” jelasnya.

Menurut Erna Pola pengasuhan orang tua terhadap anak harus di penuhi, Karena masa anak adalah masa oral yang harus di penuhi, kalau pun orang tua bekerja seharusnya ibu sudah menyiapkan apa yang dibutuhkan oleh si anak , karena bagi orang tua, itu bukan suatu proses yang mudah untuk menjadi orang tua. Begitu juga menjadi kepribadian yang bisa di ikuti oleh anak, itu membutuhkan suatu proses dan tidak menjadi dengan sendirinya.

 “Kalau tidak demikian fase oralnya tidak terpenuhi, akibatnya akan merokok, main game, dan sebagainya. Namun, sebenarnya tidak masalah kalau orang tua itu mempunyai aturan yang baik,” tuturnya.

Ia pun menambahkan, Stimulasi anak dizaman sekarang lebih berfariasi, tantangan yang lebih besar dikhawatirkan anak ketika memilki teman baru dengan bermain media elektronik, yang pada akhirnya ada bentuk pengasuhan yang baru. Walaupun demikian anak harus diberikan suatu ruang diskusi, ruang untuk bisa berkomunikasi. jika orang tua sudah aman diluar, didalam pun sudah cukup baik.Jika orang tua tidak kritis terhadap stimulasi lingkungan yang lebih bervariatif, anak akan mendapatkan tontonan yang dianggap bagus. Hanya saja disitu ada peran antagonis yang tidak baik untuk di pertontonkan terhadap anak.

Menurut nya ada 4 pola pengasuhan orang tua terhadap anak, diantaranya, pertama, thoritative adalah tegas tetapi peduli. Mejelaskan alasan terhadap perintah atau peraturan, memberikan anak ruangan untuk mengungkapkan pendapat, Sehingga aturan-aturan yang di tetapkan oleh orang tua itu belajar atau pengendalian juga dari orang tua.

Kedua, Authritarian adalah menekankan konformitas, harus sama dengan apa yang orang tua inginkan, dan tidak terbuka dan tidak menganjurkan anak untuk memberikan pendapat. Efeknya pun akan berbeda dengan perkembangan anak dan prestasi yang diraih di sekolah.

 Ketiga, Permissive adalah orang tua terlalu sayang kepada anak sehingga memberikan kebebasan penuh kepada anak, tetapi masih memiliki sedikit harapan dan tututan kepada anak. dengan terlalu memanjakan anak efeknya pun akan berbeda pula terhadap anak.

Keempat, Uninvolved adalah benar-benar lepas tangan sedikit ketertarikan pada kehidupan anak. Dan sedikit harapan, efeknya pun berbeda juga

Authoritative yang baik, itu tidak boleh berubah, Walapun zaman berubah tetapi orang tua harus kritis, karena stimulasinya luar biasa. ”Pola ini lah yang paling baik di antara yang disebutkan tadi,” jelasnya.

(ARB)
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Manuskrip University - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger