AKU ADALAH JIWA - Manuskrip University
Headlines News :

Misteri

National
Home » » AKU ADALAH JIWA

AKU ADALAH JIWA

Written By Unknown on Rabu, 06 Februari 2013 | 07.13


Siapa aku? Entah bagaimana aku menjawab. Jika menjawab namaku Ayub dengan wajah khas Indonesia serta memiliki kulit yang hitam, kiranya aku hanya memberitahu cirri-ciriku saja. Kau bertanya, aku tak akan jawab, percuma kau bertanya karena aku pun mencari tahu siapa diriku.

Sejak aku masih kecil, aku selalu bertanya (bahasa Rahmat; Filsafat) apa itu kursi, apa itu meja, dengan bangga semua makhluk yang berada di lingkunganku menjawab dengan lantang. Telingaku benjut serta bosan di ceramahi tentang meja dan kursi. Begitu pula aku bosan banyaknya kegunaan kursi dan meja.

Tapi, ketika ku pertanyakan siapa diriku, tak ada yang mau menjawab. Ibu dan ayahku selalu berkata aku anak yang baik, selalu mengatakan pula aku anak yang jujur. Tatkala aku mengambil hak orang lain (mencuri) apakah aku bisa dikatakan baik, dan ketika pula aku setiap kali berkata bohong apakah masih pantas aku dikatakan anak yang jujur?

Lantas siapa diriku sebenarnya? Bagiku itu adalah pertanyaan yang tak bisa kujawab. Sulit jika harus menimbang dan menyoal keakuan. Bertingkah laku yang paradoks dengan klaim orang-orang bahwa aku adalah anak yang baik, bahwa aku adalah anak yang jujur.

Agaknya, meski tidak tau siapa aku sebenarnya. Menutup kesalahan dengan bertingkah laku baik dan diam nampaknya itu jalan terbaikku dibanding dengan carmuk dan barkata yang itu adalah sampah.
Rupanya kau masih mau membaca tulisanku ini, baiklah aku akan bercerita lagi demi tulisanku ini. Tidak ada seorang pun yang tau siapa diriku sebenarnya. Bahkan beragam cara aku lakukan usaha untuk mencari tahu siapa diriku.

Ada permintaan dari sang motivator agar mudah untuk mengenali diriku sendiri. banyak hal yang kupersiapkan mulai dari nama yang meski kutulis, umur, hobi, bahkan sampai kejelekanku aku ceritakan dalam lembaran kertas itu. Ratusan kejelekanku yang ditumpahkan kelembaran kertas.

Sebelum ku membakar kertas tertulis ratusan kejelekan yang pernah ku alami itu, timbul pemikiran apakah aku seburuk itu. Masih banyak hal-hal kebaikan yang pernah kulakukan. Sampai orang tuaku menangis melihat kebaikan yang pernah aku lakukan. “tapi jika kau mau mencari tahu kebaikanku mending kita diskusi aja, malu untuk ditulis, hehehe”

Itulah salah satu dari cara yang kupakai untuk mencari siapa aku. Meskipun demikian, cara itu tak dapat merobohkan sebongkah pertanyaan yang telah lama membeku dalam dadaku. Namun, aku selalu berharap untuk dapat mengenali siapa diriku.

Aku di kenal oleh banyak orang dengan sebutan bangkai yang berjalan, Telmi, pemalas dan semua tentang kejelekanku. Anehnya orang yang berkata seperti itu selalu aku pimpin, selalu berada di bawahanku. Aku tak berbicara bohong kanda, Bahkan itu berulang kali.

Lantas siapa diriku. Tuhan tak kupinta lahir kedunia tak kupinta nasib begini, tapi yang kau berikan ku tak mengerti apa maksudmu. Aku mempunyai sejarah yang tak bisa kujawab siapa diriku. “ hehehehe bagus tuh aktingnya”

Mungkin aku bukan orang pilihan kali ya. Aku tahu pencipta bola lampu, aku tahu pencipta mesin uap, dan aku pun banyak tahu yang lainnya. Tetapi mengapa aku tidak tau siapa diriku. Dengan banyak rambut yang menempel di kepalaku, aku pusing menghitungnya.

Mungkin kata yang pantas untuk sebutan diriku adalah kadang-kadang, karena aku kadang-kadang benar, kadang-kadang salah. Banyak hal yang mengkadang-kadang ada dalam jiwaku. Saya pikir ini yang pantas.
Entah dengan cara apalagi aku mencari tahu siapa diriku. Terkadang aku tertawa dengan orang-orang yang sok filsof mencari tahu tentang tuhan. Rasanya tidak asyik jika tidak membahas mengenai tuhan tak berkolor, tuhan yang bisa di foto. Dibenakku selalu berfikir bahwa kau sok filsof sedangkan mencari tahu siapa dirimu pun kau tidak tahu.
Tapi memang begitulah susahnya mencari tahu siapa diriku. Jika ku harus merenungkan hal-hal keakuan bagiku butuh waktu yang lama. Tetapi aku tak bisa membagi waktu itu untuk mengetahui siapa diriku.

Hidupku untuk sekarang adalah di lembaga ke-Institutan. Jika teman-temanku berkata aku adalah pemalas, selalu telat mengumpulkan tugas, tidak suka membaca buku. Rasanya memang pantas aku dikatakan seperti itu.

Sebenarnya aku tidak paham sekali dengan tata cara menulis yang baik. Mungkin itu adalah aku yang sementara. Tapi, tak apalah yang jelas aku jangan sampai di keluarkan dalam lembaga. Memang aku bodoh, memang aku tolol. Tapi aku tak pernah menghiraukan kau berkata seperti itu.

Seperti yang aku bilang tadi, sering kali aku memimpin orang untuk bertindak yang selalu ada hubungan nya dengan permintaan ibu dan bapak. “tersenyumlah dikemudian hari” kata-kata yang selalu saya ingat bersama kedua orang tuaku.

Tapi aku masih tak percaya itu, karena di lembaga justru aku tidak berada diatas melainkan yang terbawah, masih malu untuk mengungkapkan sesuatu hal. Masih sukar untuk menjadi yang teratas, masih banyak yang lebih pintar dan cakap untuk memimpin lembaga.

Aku adalah jiwa mungkin kesimpulan tulisanku dari atas sampai bawah. Maaf kanda jika tulisanku tak pernah meningkat. Tapi suatu saat akan ku gemparkan dunia oleh tulisanku, sekian terima kasih.


(AYUBI)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Manuskrip University - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger