Posisiku Pada Golongan Empirik? - Manuskrip University
Headlines News :

Misteri

National
Home » » Posisiku Pada Golongan Empirik?

Posisiku Pada Golongan Empirik?

Written By Unknown on Rabu, 06 Februari 2013 | 06.53


Orang yang bingung akan menghasilkan konsekuensi logis, bahwasannya keputusan yang diambil pun biasanya akan membuat jadi bias. Hal ini sering terjadi ketika harus memilih bagian mana yang lebih penting atau yang akan menghasilkan lebih baik, ketimbang hanya baik saja. Kejadian ini telah dirasakan saat pagi sampai sore tadi. Tentu membuatku setres (berkeringat yang bukan waktunya) sampai bercucuran hingga membasahi baju.

Sekitar jam 8 pagi, ada dua kejadian, yakni sms memerintahkan untuk berangkat ke kampus dan mengangani rendaman pakaian luntur. Hal ini membuat sulit memilih mana yang dianggap lebih penting. Mengenai kampus, teman sekelas meminta untuk cepat meneruskan tugas makalah. Perasaan ini memang tak aku biarkan ketika harus dibenturkan dengan rendaman pakaian yang luntur.

Namun, aku tidak pernah refleks untuk memilih salah satu yang lebih baik. Sulit memang ketika harus merefleksikan ingatan mengenai kebaikan. Tanpa berpikir panjang aku menghiraukan temanku yang mengajak barangkat untuk membuat makalah tadi, dengan membalas sms bahwa aku tidak segera jumpa pagi-pagi. Rendaman pun langsung aku pisahkan antara yang luntur dengan yang tidak. Memang, pakaian luntur hanya celana saja, maka dari itu aku pisahkan di kursi.

Meski hanya satu celana jeans, luntur nya minta ampun membuat pakaian yang lain menjadi biru. Lumayan memakan tenaga yang lebih untuk menyikat pakaian lain dibandingkan mencuci biasanya. Apalagi yang berwarna putih, entah warna merah dihasilkan dari pakaian yang mana. Membuat lunturan itu tidak hanya berwarna biru, melainkan ada yang berwarna merah.

Kesulitan sering terjadi ketika sama-sama memiliki posisi yang penting. Pertanyaan ini tentunya tidak akan ku tanyakan kepada seorang psikolog yang hebat. Aku akan mudah mengambil keputusan ketika hal itu berlawanan. Antara yang baik dan yang buruk, yang hitam dan putih. Tapi, mungkin akan lebih sulit ketika harus memilih antara biru dan hijau.

Itulah mungkin yang disebut percaya diri. Jika orang ‘tinggi’ di asramaku mengatakan, aku tidak bisa berdamai dengan diri sendiri. namun, orang yang sudah agak jauh jaraknya denganku di oraganisasi mengatakan, aku tidak memiliki hasrat. Kedua pernyataan ini tentu selalu membuatku berpikir untuk menimbang mana yang lebih sesuai dengan keadaanku sekarang. Esensi yang terbungkus pada substansi itu tidak jauh berbeda. Dapat berdamai dengan diri sendiri tentu akan menimbulkan hasrat yang tinggi untuk melakukan sesuatu.

Jika aku timbang-timbang mengenai pakaian luntur yang direndam dengan tugas makalah untuk presentasi, mungkin aku mampu menentangnya meski perlu sedikit renungan. Namun, ketika harus dihadapkan dengan problem etika dan moral, ini yang selalu membuatku stres tak berkesudahan. Jika aku melihat realita orang sekitar, hanya sedikit orang yang menganggap hal yang kuanggap sulit ini hanya biasa saja. Namun, tidak bagiku. Maka dari itu, aku mengerti mengenai ketegangan yang dihadapi oleh orang empirik.

Tak ku pungkiri belajar dari pengalaman memang menjadikan kegiatan lebih mudah untuk dijalankan. Tampaknya aku harus mengubah motoku menjadi “Mencari pengalaman dan belajar dari pengalaman”. Semoga apa yang aku rubah mengenai relativitas ini menjadi pengalaman yang berarti. Bukan berarti aku harus melebur dan membuka lembar baru, melainkan ingin merefleksikan dari orang-orang yang bijak di atas . Terima kasih

(RHM)
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Manuskrip University - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger